POHON
NATAL RAKSASA ALA GKMI EBENHAEZER PATI
Demikian judul sebuah tajuk berwarna ¼ halaman liputan
Harian Jawa Pos, 25 Desember 2010 yang menampilkan berita tentang Pohon Natal
karya jemaat GKMI Ebenhaezer. Sehari sebelumnya, harian Suara Merdeka juga
melirik pohon Natal setinggi 5 meter dengan diameter 3 meter yang terpampang
megah di depan GKMI Ebenhaezer Pati, dan memuat dalam liputannya pada tgl. 24
Desember 2010.
Tidak mengherankan jika insan pers tertarik untuk
mengekspose pohon Natal tersebut karena keberadaan dan maknanya yang unik.
Siapapun yang melewati jalan protokol Pati – Surabaya akan tercuri perhatiannya
dengan keberadaan pohon besar berwarna coklat tua dengan pernak-pernik yang
menarik hati tersebut. Terlebih jika malam hari, pohon yang dihiasi dengan 160
lampu tersebut nampak menyala terang bergantian tiap warna dari lingkar
terbawah hingga ujung teratas yang berhiaskan bintang besar yang menyimbolkan
bintang kelahiran Kristus. Tidak sedikit pengguna jalan raya yang berhenti
sejenak sekedar memotret pohon Natal tersebut atau berfoto bersama di
sekitarnya. Meskipun cuaca kadang kurang bersahabat dengan angin keras, hujan
dan kadang panas terik, namun pohon Natal ini tetap berdiri kokoh dan tidak
berhenti memijarkan cahayanya seolah menjadi sebuah kesaksian bahwa kekristenan
memiliki keindahan yang patut dipancarkan bagaikan “bintang yang bercahaya di
tengah kegelapan”, dan tidak berhenti memancarkan cahayanya meski diterpa
badai, hujan maupun panas terik kehidupan.
Pohon Natal raksasa buah ide Bp.Abiezer Agus Santosa ini
merupakan pohon Natal ke – 2 setelah pada tahun sebelumnya menampilkan pohon
Natal Kreatif dengan bahan dasar rangkaian tali rafia yang mencapai ketinggian
4 meter dan terpampang di pendopo Kabupaten Pati (lihat bgkmi dan harian Suara
Merdeka, 14 Januari 2010). Meskipun pada tahun ini kembali ada yang mengusulkan
untuk mendirikan pohon tersebut di pendopo Kabupaten Pati, namun ukuran yang
terlalu besar menjadi kendala untuk memindahkan pohon Natal tersebut, sehingga
jemaat memutuskan untuk meletakkan di depan gereja saja.
Pohon Natal kali ini memiliki keunikan khusus karena
dibuat dari buah pohon Cemara Pinus yang telah kering sebanyak 13.000 buah.
Meskipun buah ini sudah kering dan mati, namun – anehnya – masih bisa bereaksi
terhadap panas dan hujan. Ketika hujan, buah ini akan menutup dan ketika panas,
ia akan mekar bagaikan bunga di musim semi sehingga membuat pohon Natal menjadi
kelihatan lebih rimbun.
Sebagaimana tahun sebelumnya, ide dasar pembuatan Pohon
Natal ini adalah untuk menjalin kebersamaan antar jemaat. Oleh karena itu sejak
awal bulan Desember, sekitar 30 jemaat menjelajah beberapa hutan Pinus di
sekitar Jepara untuk memungut buah-buah yang lazim digunakan sebagai bahan
bakar oleh masyarakat setempat. Kemudian selama 2 minggu, jemaat bekerjasama di
tengah canda dan keakraban untuk membersihkan, memoles, mengebor dan merangkai
buah-buah tersebut. Alhasil, jadilah sebuah Pohon Natal yang bukan hanya
mengingatkan jemaat akan sukacita buah kelahiran Kristus, namun juga
men-citrakan hakekat persatuan yang diemban Kristus dalam kelahiran-Nya untuk
mendamaikan bumi dan surga.
Dalam Refleksi Natal Jemaat GKMI Ebenhaezer, Pdm. Daniel
Kurniawan,STh selaku gembala Jemaat memaknai Pohon Natal tersebut dari kacamata
II Korintus 8:9 yang berkata “Karena
kamu telah mengenal kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa Ia, yang oleh
karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya
oleh karena kemiskinan-Nya.”. Bp.Pdm. Daniel Kurniawan dengan cermat mengamati
perubahan buah Pinus yang semula kotor, terbuang dan hanya menjadi bahan bakar
belaka namun ketika ada tangan-tangan yang bersedia memungut dan
membersihkannya, maka buah yang kotor dan terbuang itu seakan “naik pangkat”,
nampak keindahannya dan dikagumi banyak orang. Demikian juga keadaan manusia
tak ubahnya buah Pinus tersebut, kotor karena dosa, terbuang dari hadapan Allah
dan calon bahan bakar Neraka. Namun Allah rela meninggalkan tahta kemuliaan-Nya
dan menjadi manusia untuk memungut orang-orang yang terbuang, membersihkan dari
kotoran dosa dan mengangkat dalam kemuliaan. Itulah kasih karunia yang mengubah
manusia dari hina menjadi mulia, dari terbuang menjadi berharga, dari miskin
menjadi kaya, dari calon bahan bakar Neraka menjadi pemilik surga.
Sebagai sebuah kenang-kenangan, panitiapun membagikan satu
buah cemara pinus yang dihias berbentuk “Pohon Natal mini” kepada setiap
jemaat, agar saat melihat buah pinus tersebut, jemaat sadar diri “siapa mereka
sebelum Kristus datang dan seperti apa mereka setelah Kristus lahir” dan makin
menyadari betapa besar kasih karunia Allah bagi mereka.
SELAMAT NATAL
Memoar of Januari, 2009
Ebenhaezer
From the desk
of Daniel Lauw
@
Pindahan dari blog Nuansa Iman GKMI Ebenhaezer,
tgl.5 Juni 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar