Minggu, 31 Mei 2015
Tgl. 1 Juni merupakan hari yang
didedikasikan untuk anak-anak se-dunia yang lebih di kenal dengan istilah “Hari Anak Internasional”. Hari Anak
Internasional dicetuskan pertama kali dalam Konvensi “Women Democratic Federation”
di Moscow pada tgl. 1 Juni 1949, dan pada tgl. 20 November 1989 di sahkan dalam
Deklarasi Hak-Hak Anak oleh Majelis Umum PBB sebagai “Hari Anak Universal”.
Setiap negara memiliki cara
masing-masing dalam menyambut Hari Anak Internasional. Misalnya di Jepang, pada
hari tersebut setiap anak laki-laki mendapatkan layang-layang berbentuk ikan
sebagai simbol kebebasan, pertumbuhan, kesehatan dan keindahan. Di Afrika, di
adakan ragam festival khusus anak selama 1
bulan secara nasional (seperti
lomba, karnaval, kreatifitas, bantuan kesehatan anak dsb). Berbagai perayaan
tersebut bermuara pada satu tujuan, yaitu : mengasihi dan menghormati hak-hak
anak.
GKMI Ebenhaezer melalui Komisi
Anak Sangkakala, sebagaimana disampaikan oleh ketuanya: Ibu Eveline Kurniawan, menyambut
Hari Anak Internasional pada hari Minggu, 31 Mei 2015 dengan 3 tujuan :
1.
Menunjukkan kepada anak-anak, bagaimana kita mengasihi mereka sebagaimana Tuhan
Yesuspun mengasihi dan memberkati mereka. Tuhan Yesus bersabda : Dan barangsiapa menyambut seorang anak
seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku." (Mat 18:5), Lalu Ia memeluk
anak-anak itu dan sambil meletakkan tangan-Nya atas mereka Ia memberkati mereka
(Mark 10:16)
2.
Menunjukkan keperdulian kita dalam memberitakan Injil bagi anak-anak, sebagaimana
bulan Mei ini dirayakan diseluruh GKMI sebagai Bulan misi. Misi Pekabaran Injil
bukan hanya untuk orang dewasa, melainkan juga bagi anak-anak, karena hal ini
menjadi fondasi dasar bagi pertumbuhan mereka kelak di masa depan. Yesus sangat
memperdulikan anak-anak yang datang kepada-Nya, sebagaimana tertulis dalam Markus 10 : 14 : ….. "Biarkan anak-anak itu datang
kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti
itulah yang empunya Kerajaan Allah. Bahkan lebih lanjut, Yesus memperingatkan
dalam Matius 18:6 à "Tetapi barangsiapa menyesatkan salah
satu dari anak-anak kecil ini yang percaya kepada-Ku, lebih baik baginya jika
sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia ditenggelamkan ke dalam
laut.
Melalui
Hari Anak Internasional ini, Komisi Anak menghimbau para orang tua untuk
bekerjasama dalam membangun fondasi spiritual beralaskan pada Kristus, antara
lain
a.
Menghimbau para orang tua untuk menggiatkan dan mengantar anak-anak dalam
Ibadah anak. Mendukung anak-anak dalam aktivitas
gereja lebih daripada aktivitas anak di luar gereja. Hal ini di dasari
kenyataan betapa sejak dini anak-anak sudah dibiasakan untuk “mudah”
meninggalkan aktivitas gereja demi aktivitas lain, seperti lomba-lomba,
kondangan dsb. Kelak pola yang dibentuk di masa kanak-kanak akan mempengaruhi
ketika mereka dewasa kelak. Komisi Anak juga merasa prihatin karena orang tua
tidak jarang merasa enggan untuk mengantarkan anak-anaknya ke Sekolah Minggu
dengan berbagai alasan. Tapi kalau mengantar untuk kegiatan sekolah, les dll
orang tua rela meluangkan waktu.
b.
Menghimbau orang tua untuk mendampingi pertumbuhan kerohanian anak sesehari
dalam pengajaran dan kecintaan Firman Tuhan.
Dalam
Ulangan 6: 5-7 , Tuhan berkata : Kasihilah
TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan
segenap kekuatanmu. Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah
engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada
anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau
sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun
Anak-anak
adalah pusaka milik Allah yang dipercayakan kepada kita selaku orang tua.
3.
Dalam rangka Hari Anak, Komisi Anak juga menghimbau kepada orang tua untuk
memenuhi apa yang menjadi hak-hak anak. Konvensi PBB tahun 1989 menyebutkan ada
10 hak anak, yaitu :
1. Hak
untuk mendapatkan kesempatan bermain
2. Hak
untuk mendapatkan pendidikan
3. Hak
untuk mendapatkan perlindungan
4. Hak
untuk mendapatkan identitas (nama)
5. Hak
untuk mendapatkan status kebangsaan
6. Hak
untuk mendapatkan makanan
7. Hak
untuk berekreasi
8.
Hak untuk mendapatkan kesehatan (makanan, perawatan, perlindungan dan
lingkungan yang sehat)
9. Hak
untuk mendapatkan kesamaan
10.
Hak untuk mengaktualisasikan diri dan berperan positif dalam lingkungannya
(pergaulan, sekolah, pembangunan, gereja)
Hal ini didorong oleh
keprihatinan pelanggaran hak anak yang sengaja maupun tidak sengaja dilakukan
para orangtua, antara lain :
-
Demi mengejar prestasi akademik, anak-anak kehilangan
waktu untuk bermain, berekreasi dan terabaikan pertumbuhan kerohaniannya. Anak
“dipaksa” mengikuti les-les dan kursus-kursus tambahan, seolah-olah hal
tersebut akan menentukan masa depan mereka. Anak menjadi begitu lelah dan kehilangan
waktu untuk bermain dan bercengkerama dengan teman-temannya. Padahal hal itu
merupakan hak anak, dan Tuhan mampu memberikan pembelajaran melalui dunia
pergaulan yang sehat dan dunia bermain. Keterbatasan titik jumpa dengan
teman-temannya membuat anak-anak cenderung membangun relasi melalui media
sosial internet, lebih daripada wahana perjumpaan. Hal ini menghambat
pertumbuhan sosial, emosi, fisik dan spiritual.
-
Demi mengejar kebutuhan rumah tangga, anak
kehilangan hak untuk dikasihi dan mendapatkan perlindungan orangtua. Tidaks
edikit orang tua yang merasa telah memenuhi kewajibannya dengan menyediakan
fasilitas dan materi bagi anak-anak. hal tersebut memang penting, namun bukan
yang utama. Lebih dari materi, anak membutuhkan kasih sayang dan perhatian
orang tuanya. kenyataan menunjukkan bahwa ragam kenakalan remaja disebabkan
karena gersangnya kasih sayang dalam keluarga,sehingga mereka “turun ke jalan”
untuk menemukan kasih dan perhatian dari dunia sekitarnya. Akibatnya anak mudah
terpengaruh dan terjatuh pada gelombang zaman yang – tidak jarang – membawa
dampak yang tidaks ehat bagi pertumbuhan karakter dan imannya.
-
Terjadinya tindak kekerasan terhadap anak,
eksploitasi anak melalui pekerjaan atau pernikahan usia dini, perdagangan anak
dan penelantaran anak dsb.
Beberapa bentuk pemenuhan hak –
secara sederhana - yang bisa dilakukan para orang tua misalnya :
1.
Tumbuhkan kerohanian anak sebagai dasar bagi pertumbuhan intelektual, emosi,
karakter dan sosial. Misalnya dengan disiplin beribadah di rumah Tuhan maupun
mezbah keluarga. GKMI Ebenhaezer telah menyediakan renungan harian gratis untuk
orang tua, wanita, remaja hingga anak-anak. Kiranya dapat dimanfaatkan dengan
baik.
2.
Buatkan akta kelahiran anak dan berikan identitas yang baik. Sapalah anak dengan nama/identitasnya dengan
kasih dan hormat. Kadang ada anak yang dipanggil dengan “nama poyokan” yang
cenderung merendahkan dan melecehkan anak. Identitas dan sapaan yang positif
akan membangun harga diri anak.
3.
Berikan waktu untuk bermain dan berekreasi dengan anak. Jangan malu karena
bersikap bagaikan anak-anak ketika bermain dengan mereka. Memberikan waktu yang
efektif dan berkualitas termasuk salah satu dari “lima bahasa cinta” yang utama
dan dibutuhkan tiap orang, termasuk anak-anak. Dengan bermain bersama, orang
tua dapat memberikan pembelajaran hikmat melalui permainan yang dihayati
anak-anak.
4.
Pilihlah sekolah yang tepat dan mendukung aspek kerohanian dan sosial pergaulan
yang positif.
5.
Berikanlah makanan yang bergizi dan waktu istirahat yang cukup.
6.
Perhatikan kesehatan anak, termasuk lingkungan hidup dan perawatan kesehatan.
dalam Ibadah Umum yang digabung
dengan peringatan Hari Anak tersebut, Komisi Anak memberikan waktu bagi
anak-anak untuk emndengarkan Firman Tuhan di depan para orang tua, dan
menampilkan visualisasi pembelajaran tentang dua kata “B” yang sedang “in”.
Yaitu “Begal” dan “Bully”. Firman Tuhan dan visualisasi dipimpin Ibu Meiske
Hartono, dan dilanjutkan dengan persembahan pujian anak-anak yang menyanyikan
lagu “kami anak-anak Terang” dengan syair :
Kami anak – anak
Terang
Kami bersatu dalam kasih mesra
Kami bersatu dalam kasih mesra
Tak ada iri ,
benci dan dengki
Kami satukan roh
jiwa
’tuk naikkan
pujian kami pada-Nya
Kami bernyanyi
bukan hanya tuk harmoni
Kami bernyanyi ,
’tuk memb’ri hati kami
Kami bernyanyi
bukan sekedar bernyanyi
Kami bernyanyi,
’tuk memberi diri
Usai pujian, Bp. Daniel selaku
gembala kemudian maju dan mengundang segenap Guru Komisi Anak untuk maju ke
depan dibantu Pdt.Theophilus Sunarto dan Pdt.Timotius Lienardi. Anak-anak
berlutut dan orang tua berdiri, kemudian setiap guru/hamba Tuhan menumpangkan
tangan dan memberkati anak-anak tersebut. Dilanjutkan doa khusus dari
Pdt.Timotius Lienardi untuk para orang tua dalam menjalankan tugas kewajiban
dalam mendidik dan mengasihi anak-anak, serta memenuhi hak mereka.
Kegaitan Hari Anak ini
dilanjutkan pada hari Senin, 1 Juni 2015 dengan mengadakan Persekutuan khusus
anak-anak di rumah Dio & Christa, dengan Firman Tuhan/Pujian oleh
Bp.Pujiono dan Ibu Sulih, dan diisi dengan permainan keakraban yang seru.
Sebelum pulang, Ibu Hanna
menyuguhkan cocktail buah, bermacam snack dan ber-bakso ria.
Mengutip perkataan Yohanes, maka Komisi
Anak menyatakan “Kami sangat bersukacita,
bahwa kami mendapati, anak-anakmu hidup dalam kebenaran sesuai dengan perintah
yang telah kita terima dari Bapa” (II Yoh 1:4)
Love for Child
"Hitherto
the Lord has helped us."
Memoar of
June 01, 2015
Ebenhaezer
From the desk of Daniel Lauw
Tidak ada komentar:
Posting Komentar