Senin, 08 Juni 2015

HARI ANAK INTERNASIONAL



Minggu, 31 Mei 2015
Tgl. 1 Juni merupakan hari yang didedikasikan untuk anak-anak se-dunia yang lebih di kenal dengan istilah “Hari Anak Internasional”. Hari Anak Internasional dicetuskan pertama kali dalam Konvensi “Women Democratic Federation” di Moscow pada tgl. 1 Juni 1949, dan pada tgl. 20 November 1989 di sahkan dalam Deklarasi Hak-Hak Anak oleh Majelis Umum PBB sebagai “Hari Anak Universal”.


Setiap negara memiliki cara masing-masing dalam menyambut Hari Anak Internasional. Misalnya di Jepang, pada hari tersebut setiap anak laki-laki mendapatkan layang-layang berbentuk ikan sebagai simbol kebebasan, pertumbuhan, kesehatan dan keindahan. Di Afrika, di adakan ragam festival khusus anak selama 1
bulan secara nasional (seperti lomba, karnaval, kreatifitas, bantuan kesehatan anak dsb). Berbagai perayaan tersebut bermuara pada satu tujuan, yaitu : mengasihi dan menghormati hak-hak anak.

GKMI Ebenhaezer melalui Komisi Anak Sangkakala, sebagaimana disampaikan oleh ketuanya: Ibu Eveline Kurniawan, menyambut Hari Anak Internasional pada hari Minggu, 31 Mei 2015 dengan 3 tujuan :

1. Menunjukkan kepada anak-anak, bagaimana kita mengasihi mereka sebagaimana Tuhan Yesuspun mengasihi dan memberkati mereka. Tuhan Yesus bersabda : Dan barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku." (Mat 18:5), Lalu Ia memeluk anak-anak itu dan sambil meletakkan tangan-Nya atas mereka Ia memberkati mereka (Mark 10:16)

2. Menunjukkan keperdulian kita dalam memberitakan Injil bagi anak-anak, sebagaimana bulan Mei ini dirayakan diseluruh GKMI sebagai Bulan misi. Misi Pekabaran Injil bukan hanya untuk orang dewasa, melainkan juga bagi anak-anak, karena hal ini menjadi fondasi dasar bagi pertumbuhan mereka kelak di masa depan. Yesus sangat memperdulikan anak-anak yang datang kepada-Nya, sebagaimana tertulis dalam Markus 10 : 14  : ….. "Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah. Bahkan lebih lanjut, Yesus memperingatkan dalam Matius 18:6 à "Tetapi barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil ini yang percaya kepada-Ku, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia ditenggelamkan ke dalam laut.


Melalui Hari Anak Internasional ini, Komisi Anak menghimbau para orang tua untuk bekerjasama dalam membangun fondasi spiritual beralaskan pada Kristus, antara lain
a. Menghimbau para orang tua untuk menggiatkan dan mengantar anak-anak dalam Ibadah anak. Mendukung anak-anak dalam  aktivitas gereja lebih daripada aktivitas anak di luar gereja. Hal ini di dasari kenyataan betapa sejak dini anak-anak sudah dibiasakan untuk “mudah” meninggalkan aktivitas gereja demi aktivitas lain, seperti lomba-lomba, kondangan dsb. Kelak pola yang dibentuk di masa kanak-kanak akan mempengaruhi ketika mereka dewasa kelak. Komisi Anak juga merasa prihatin karena orang tua tidak jarang merasa enggan untuk mengantarkan anak-anaknya ke Sekolah Minggu dengan berbagai alasan. Tapi kalau mengantar untuk kegiatan sekolah, les dll orang tua rela meluangkan waktu.

b. Menghimbau orang tua untuk mendampingi pertumbuhan kerohanian anak sesehari dalam pengajaran dan kecintaan Firman Tuhan.
Dalam Ulangan 6: 5-7 , Tuhan berkata : Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu. Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun
Anak-anak adalah pusaka milik Allah yang dipercayakan kepada kita selaku orang tua.

3. Dalam rangka Hari Anak, Komisi Anak juga menghimbau kepada orang tua untuk memenuhi apa yang menjadi hak-hak anak. Konvensi PBB tahun 1989 menyebutkan ada 10 hak anak, yaitu :
1. Hak untuk mendapatkan kesempatan bermain
2. Hak untuk mendapatkan pendidikan
3. Hak untuk mendapatkan perlindungan
4. Hak untuk mendapatkan identitas (nama)
5. Hak untuk mendapatkan status kebangsaan
6. Hak untuk mendapatkan makanan
7. Hak untuk berekreasi
8. Hak untuk mendapatkan kesehatan (makanan, perawatan, perlindungan dan lingkungan yang sehat)
9. Hak untuk mendapatkan kesamaan
10. Hak untuk mengaktualisasikan diri dan berperan positif dalam lingkungannya (pergaulan, sekolah, pembangunan, gereja)


Hal ini didorong oleh keprihatinan pelanggaran hak anak yang sengaja maupun tidak sengaja dilakukan para orangtua, antara lain :
-         Demi mengejar prestasi akademik, anak-anak kehilangan waktu untuk bermain, berekreasi dan terabaikan pertumbuhan kerohaniannya. Anak “dipaksa” mengikuti les-les dan kursus-kursus tambahan, seolah-olah hal tersebut akan menentukan masa depan mereka. Anak menjadi begitu lelah dan kehilangan waktu untuk bermain dan bercengkerama dengan teman-temannya. Padahal hal itu merupakan hak anak, dan Tuhan mampu memberikan pembelajaran melalui dunia pergaulan yang sehat dan dunia bermain. Keterbatasan titik jumpa dengan teman-temannya membuat anak-anak cenderung membangun relasi melalui media sosial internet, lebih daripada wahana perjumpaan. Hal ini menghambat pertumbuhan sosial, emosi, fisik dan spiritual.
-         Demi mengejar kebutuhan rumah tangga, anak kehilangan hak untuk dikasihi dan mendapatkan perlindungan orangtua. Tidaks edikit orang tua yang merasa telah memenuhi kewajibannya dengan menyediakan fasilitas dan materi bagi anak-anak. hal tersebut memang penting, namun bukan yang utama. Lebih dari materi, anak membutuhkan kasih sayang dan perhatian orang tuanya. kenyataan menunjukkan bahwa ragam kenakalan remaja disebabkan karena gersangnya kasih sayang dalam keluarga,sehingga mereka “turun ke jalan” untuk menemukan kasih dan perhatian dari dunia sekitarnya. Akibatnya anak mudah terpengaruh dan terjatuh pada gelombang zaman yang – tidak jarang – membawa dampak yang tidaks ehat bagi pertumbuhan karakter dan imannya.
-         Terjadinya tindak kekerasan terhadap anak, eksploitasi anak melalui pekerjaan atau pernikahan usia dini, perdagangan anak dan penelantaran anak dsb.   


Beberapa bentuk pemenuhan hak – secara sederhana - yang bisa dilakukan para orang tua misalnya :
1. Tumbuhkan kerohanian anak sebagai dasar bagi pertumbuhan intelektual, emosi, karakter dan sosial. Misalnya dengan disiplin beribadah di rumah Tuhan maupun mezbah keluarga. GKMI Ebenhaezer telah menyediakan renungan harian gratis untuk orang tua, wanita, remaja hingga anak-anak. Kiranya dapat dimanfaatkan dengan baik.
2. Buatkan akta kelahiran anak dan berikan identitas yang baik.  Sapalah anak dengan nama/identitasnya dengan kasih dan hormat. Kadang ada anak yang dipanggil dengan “nama poyokan” yang cenderung merendahkan dan melecehkan anak. Identitas dan sapaan yang positif akan membangun harga diri anak.
3. Berikan waktu untuk bermain dan berekreasi dengan anak. Jangan malu karena bersikap bagaikan anak-anak ketika bermain dengan mereka. Memberikan waktu yang efektif dan berkualitas termasuk salah satu dari “lima bahasa cinta” yang utama dan dibutuhkan tiap orang, termasuk anak-anak. Dengan bermain bersama, orang tua dapat memberikan pembelajaran hikmat melalui permainan yang dihayati anak-anak.
4. Pilihlah sekolah yang tepat dan mendukung aspek kerohanian dan sosial pergaulan yang positif.
5. Berikanlah makanan yang bergizi dan waktu istirahat yang cukup.
6. Perhatikan kesehatan anak, termasuk lingkungan hidup dan perawatan kesehatan.

dalam Ibadah Umum yang digabung dengan peringatan Hari Anak tersebut, Komisi Anak memberikan waktu bagi anak-anak untuk emndengarkan Firman Tuhan di depan para orang tua, dan menampilkan visualisasi pembelajaran tentang dua kata “B” yang sedang “in”. Yaitu “Begal” dan “Bully”. Firman Tuhan dan visualisasi dipimpin Ibu Meiske Hartono, dan dilanjutkan dengan persembahan pujian anak-anak yang menyanyikan lagu “kami anak-anak Terang” dengan syair :

Kami anak – anak Terang
Kami bersatu dalam kasih mesra
Tak ada iri , benci dan dengki
Kami satukan roh jiwa
’tuk naikkan pujian kami pada-Nya

Reff  :Kami bernyanyi bukan hanya tuk harmoni
Kami bernyanyi , ’tuk memb’ri hati kami
Kami bernyanyi bukan sekedar bernyanyi
Kami bernyanyi, ’tuk memberi diri

Usai pujian, Bp. Daniel selaku gembala kemudian maju dan mengundang segenap Guru Komisi Anak untuk maju ke depan dibantu Pdt.Theophilus Sunarto dan Pdt.Timotius Lienardi. Anak-anak berlutut dan orang tua berdiri, kemudian setiap guru/hamba Tuhan menumpangkan tangan dan memberkati anak-anak tersebut. Dilanjutkan doa khusus dari Pdt.Timotius Lienardi untuk para orang tua dalam menjalankan tugas kewajiban dalam mendidik dan mengasihi anak-anak, serta memenuhi hak mereka.

Kegaitan Hari Anak ini dilanjutkan pada hari Senin, 1 Juni 2015 dengan mengadakan Persekutuan khusus anak-anak di rumah Dio & Christa, dengan Firman Tuhan/Pujian oleh Bp.Pujiono dan Ibu Sulih, dan diisi dengan permainan keakraban yang seru.

Sebelum pulang, Ibu Hanna menyuguhkan cocktail buah, bermacam snack dan ber-bakso ria.

         Mengutip perkataan Yohanes, maka Komisi Anak menyatakan “Kami sangat bersukacita, bahwa kami mendapati, anak-anakmu hidup dalam kebenaran sesuai dengan perintah yang telah kita terima dari Bapa” (II Yoh 1:4)

Love for Child

"Hitherto the Lord has helped us."
Memoar of June 01, 2015
Ebenhaezer
From the desk of  Daniel Lauw

JALAN-JALAN OUTBOND DI PULOREJO



KEBAKTIAN KENAIKAN YESUS KOMISI ANAK SANGKAKALA
Kamis, 14 Mei 2015 di Ds.Pulorejo
 
Usai Kebaktian Umum Kenaikan Yesus pada hari Kamis, 14 Mei 2015, Komisi Anak Sangkakala mengadakan acara khusus bagi anak-anak, berupa hiking-out bond pada sore hari di desa Pulorejo – Winong Kidul. Acara model ini di adakan untuk kali ke-2. Yang pertama diadakan tahun lalu di desa Karangwage-Trangkil, dan anak-anak sangat menyukainya. Oleh karena itu, Komisi Anak kembali mengadakannya dengan mengambil lokasi desa lain, yaitu desa kelahiran Ibu gembala, Ibu Eveline Kurniawan.

Sekitar 30 anak plus Remaja dan para guru dengan antusias meluncur ke desa Pulorejo dan mengawali dengan ibadah bersama dengan anak-anak Sekolah Minggu di GITJ Winong pepanthan Pulorejo. Firman Tuhan mengenai Kenaikan Tuhan Yesus ke Surga disampaikan oleh Bp.Hani Priyanto, sementara itu  para guru mempersiapkan segala sesuatu terkait hiking-Out Bond tersebut. Baik menyangkut pembagian kelompok, penetapan route, petugas dan lomba-lomba di tiap stage
Peserta di bagi dalam 4 kelompok dengan anggota campuran dari tiap kelas ditambah anak-anak remaja serta guru pendamping. Route yang ditempuh pertama keluar dari lokasi jalan desa menuju ke jalan raya, menelusuri sepanjang jalan raya sambil mencari benda-benda yang ditugaskan seperti daun kering sebnyak 10 lembar, batu-batu, binatang-binatang kecil dan sebagainya. Selanjutnya kelompok berputar dan memasuki jalan desa tetangga
di sepanjang tepian aliran air irigasi, kemudian masuk ke sawah dan meniti pematang dan sampai di lokasi hutan bambu untuk ber-acara di sana. Akhir perjalanan kembali ke gereja GITJ Pulorejo yang disambut dengan ice cocktail dan makan siang bersama yang dipersiapkan oleh Komisi Sekolah Minggu GITJ Pulorejo.
Tak terasa waktu makin sore, dan rombonganpun kembali ke Pati dengan tubuh lelah namun wajah puas penuh sukacita.

"Hitherto the Lord has helped us."
Memoar of May 14, 2015
Ebenhaezer
From the desk of  Daniel Lauw

10 HARI PENUH ANUGERAH



Refleksi Karya Roh Kudus dalam 10 hari antara Kenaikan Yesus (14 Mei 2015) s/d Pentakosta (24 Mei 2015) bagi GKMI Ebenhaezer.

Thema yang diangkat dalam Kebaktian Kenaikan Tuhan Yesus ke Sorga, 14 Mei 2015 kali ini sungguh mengingatkan kepada setiap jemaat GKMI Ebenhaezer mengenai makna “MOMENTUM”. Ketika para murid menganggap momentum yang tepat “untuk memulihkan Israel” adalah “Saat ini” , Yesus justru berkata "Engkau tidak perlu mengetahui masa dan waktu, yang ditetapkan Bapa sendiri menurut kuasa-Nya” (Kis 1:7).
Teks ini menunjukkan bahwa “momentum” (saat yang tepat) bagi manusia dan Allah tidaklah sama. Manusia bisa berkata “saat ini, segera, hari ini”, dan menganggapnya sebagai momentum terbaik. Mujijat adalah saat keinginan manusia terjadi sesuai momentum yang diharapkan. Itulah yang dianggap Doa yang terjawab. Namun teks tersebut menunjukkan bahwa momentum Allah sangat berbeda. Sementara para murid meminta. Yesus justru tetap naik ke surga dan meninggalkan mereka. Doa/permintaan sepertinya tidak terjawab, karena Allah punya momentumnya sendiri.
Bagi jemaat GKMI Ebenhaezer, betapa besar keinginan agar ijin IMB dapat segera diberikan oleh pemerintah sehingga GKMI Ebenhaezer dapat segera membangun. Momentum yang tepat adalah “saat ini” karena tak lama lagi GKMI Ebenhaezer akan menahbiskan pendeta dan menghadirkan tamu-tamu se-sinode. Waktu yang tepat bagi Allah untuk mengalikan dana bantuan bagi GKMI Ebenhaezer adalah “saat ini”, karena dana tersebut dibutuhkan untuk segera membangun. Itulah yang seringkali mencuat dalam doa-doa, yang – tanpa sadar – telah menetapkan momentum kami adalah momentum yang tepat, “Tuhan tolong penuhi momentum itu”. Dalam khotbah hari Kamis itu, Bp.Daniel mengingatkan jemaat, namun secara khusus hal itu juga menjadi refleksi pribadi mengenai “kesalahan umum” dalam memahami momentum. Sempat terpikir oleh penulis, mengapa ada banyak kesibukan penting  yang berjalan dalam waktu bersamaan dalam tugas/pelayanan penulis. Saat ini penulis seharusnya berkonsentrasi pada penulisan thesis yang sangat terbatas waktunya (s/d Juli 2015) karena jika tidak selesai, maka harus registrasi lagi dan membayar 7, 2 juta. Untuk perpanjangan tersebut, bantuan subsidi 50 % dari gereja nampaknya tidak akan diberikan. Namun pada saat yang sama, penulis harus berkonsentrasi dengan urusan perijinan gereja (IMB) dengan segala persyaratan dan birokrasi yang kompleks serta menyita waktu; Demikian juga dengan rancangan dan koordinasi pembangunan dan penggalangan dana. Hal ini masih di tambah pada bulan-bulan tersebut, dibutuhkan persiapan untuk Agenda Gereja terkait Masa Raya Paskah, kenaikan Yesus dan Pentakosta dengan segala rapat dan konsep liturgy yang kreatif. Pada saat yang sama, penulis juga harus mempersiapkan periode pergantian pengurus dan periode program (bulan Juni 2015). Setiap komisi membutuhkan pendampingan dalam rapat, evaluasi, penyusunan program, pleno hingga penyusunan pengurus baru. Ada 11 komisi plus BPH, dan sebagian membutuhkan rapat 2 x plus pleno 2 hari. hasil tersebut harus di sinkronisasikan, di ketik dan dipersiapkan sebagai bahan Pleno. Belum lagi urusan menyusun thema tahunan, penjadwalan pengkhotbah, tugas-tugas pelayanan intern maupun ekstern. Kemudian ada lagi persiapan Sidang MPL (16-19 Juni), dimana penulis menjadi utusan dan juga memimpin untuk konven pendeta. Sudah sangat padat…. dan masih ditambah persiapan intensif dan rumit menyangkut rencana enahbisan pendeta pada tgl. 7 Juli. Ini bicara soal acara, undangan, penggalangan dana, kerja panitia, pembuatan undangan, buku acara, khotbah sulung, sambutan-sambutan etc..etc. Rasanya momentum tersebut kurang tepat, karena padat dan bertumpang tindih. Namun perenungan Firman Tuhan menunjukkan bahwa penilaian penulis mungkin salah, karena momentum Allah dengan semua aktivitas tersebut tentunya momentum yang tepat bagi Allah.
Usai ibadah kenaikan tersebut, jemaat diajak ber-Doa Puasa 10 hari mempersiapkan diri menyambut hari pentakosta. Di harapkan tidak ada lagi “doa pemaksaan momentum”, melainkan berganti dengan penyerahan pada “momentum Allah” sebagai “Momentum terbaik”. Itulah hari I dari 10 hari yang luar biasa, yatu ketika pencerahan Allah diberikan. Berikutnya, terjadi hal-hal yang menarik dan luar biasa. Mari kita lihat !!

Hari 1 , Kamis, 14 : Pencerahan akan momentum Allah.

Hari 2, Jumat, 15  : Menghadiri HUT PIPKA, berjumpa beberapa kenalan dari Jakarta dan para donatur PIPKA, yang menyatakan siap membantu dana GKMI Ebenhaezer. Bertemu juga dengan utusan GKMI Jepara yang menyerahkan bantuan untuk GKMI Ebenhaezer.
Hari 3, Sabtu, 16 : Dapat kunjungan dari Ibu Insriatmi Paimoen, kakak dari Alm.Pdt.Dwi Tjahjono (bapak-nya GKMI Ebenhaezer), dan merupakan ketua Dewan Pembina PIPKA yang hadir di jam Doa bersama Mr John F. Lapp, Director for Asia and Middle East, Mennonite Mission Network USA Pimpinan Mennonite Mission Network wilayah Asia. Mereka memberikan kekuatan spirit melalui doa mereka. Support rohani untuk tetap percaya akan waktu, cara dan kebaikan Allah. Support ini bagi sebuah gereja memiliki dampak yang sangat besar.


Hari 4, Minggu, 17           : Pagi, Mr.John Lapp datang lagi dalam ibadah umum dan menyerahkan bantuan dari saudara-saudara di College Mennonite Church – Goshen. Jumlahnya besar, dan datang dari jemaat yang tidak pernah kami temui atau kenal. Jemaat ini juga pernah mengalirkan bantuan untuk aksi sosial korban bencana banjir. Sorenya, ada kunjungan survey dari FKUB langsung didampingi ketuanya, Dr.Choiron. Dan mereka menyatakan bahwa FKUB tidak menemukan adanya keberatan warga, dan mereka akan memberikan rekomendasi setelah beberapa revisi dari bendel pengajuan IMB. Aduuh....rasanya plong. 

Hari 5, Senin, 18  : Makin Plong, ketika hasil revisi laporan diterima Ketua FKUB saat penulis antarkan ke rumahnya. dan beliau menyatakan akan segera membuatkan surat rekomendasi.Beliau nampak ramah dan bersahabat, dan menyatakan senang dengan cara GKMI Ebenhaezer dengan membangun relasi baik dengan warga terlebih dahulu. 

Hari 6 , Selasa, 19 : Ada kiriman bantuan lagi ... Olala.....kali ini seseorang dari Demak, (entah pribadi atau dari GKMI Demak belum jelas, karena tidak ada konfirmasi lebih lanjut) , jumlah yang besar juga. Halleluya. Sorenya rapat panitia, ada jemaat yang menyatakan siap membantu dana untuk pembuatan kamar mandi . Kamar mandinya buat “yang bagus ya” (katanya) dan perluasan ruang ibadah, karena yang sekarang ini saja sudah nyaris nggak muat. (Woow...padahal kapasitas sudah dibuat 150 kursi lho) 
Hari 7, Rabu, 20 : Rapat BPH, ada informasi bahwa persembahan granit dari jemaat siap digunakan (dan dari pihak penjual, bersedia memberi discount ... 50 % Woow..nggak main-main) , termasuk persembahan cat.... 
Hari 8, Kamis, 21 : Menyambut lomba K-3, gereja dikunjungi para pejabat kabupaten, RT, RW, Lurah dan tokoh-tokoh masyarakat Parenggan. Mereka masuk ke gereja dan Pak Lurah justru yang menerangkan keberadaan gereja sebagai bentuk pluralisme kehidupan beragama di Parenggan. Dikatakan oleh beliau, bahwa masyarakat mendukung demikian juga pejabat penentu seperti FKUB. Para pejabat dan tokoh masyarakat menyambut kehadiran gereja dengan antusias. 
Hari 9, Jumat, 22  : Ada kunjungan dari PT.Pura Barutama yang mensurvey dan akan memberikan bantuan plafond senilai 80 jutaan. Diharapkan menulis rincian kebutuhannya. 
Hari 10, Sabtu, 23 :  Ada info masuk bahwa Pemda siap membantu dana bagi pembangunan rumah ibadah, karena pemda memiliki alokasi untuk itu. Pengurus diminta membuat proposal. 

Pada hari Minggu, 24 Mei 2015, dalam perayaan Pentakosta, jemaat menyambut dengan sukacita rangkaian berkat tersebut. hal ini diyakini bisa terjadi di luar akal nalar manusia, melainkan karena pekerjaan Roh Kudus. Pada hari itu juga diadakan ibadah “unduh-unduh” (tuaian berkat Tuhan), dan jemaat tidak segan-segan memberikan persembahannya yang terbaik untuk rumah Tuhan, sekalipun tidak sedikit di antara mereka terbatas dalam hal ekonomi. Cinta seringkali membuat seseorang mampu memberi lebih dari kemampuannya. Persis jemaat Makedonia " Selagi dicobai dengan berat dalam pelbagai penderitaan, sukacita mereka meluap dan meskipun mereka sangat miskin, namun mereka kaya dalam kemurahan. Aku (Paulus) bersaksi, bahwa mereka telah memberikan menurut kemampuan mereka, bahkan melampaui kemampuan mereka. (II Kor 8:2-3)"
Sorenya ….. tetangga sebelah kanan gereja menginformasikan bahwa 50 % tanah dan rumah-nya yang menempel di gereja, akan di jual untuk gereja, supaya lahan parkir lebih luas dan tersedia ruang untuk Aula, ruang anak, koster, guest house.. …weleh..weleh…weleh… Betul-betul luar biasa momentum Allah.


Dalam kekaguman akan momentum-Nya




"Hitherto the Lord has helped us."
Memoar of May 14, 2015
Ebenhaezer
From the desk of  Daniel Lauw